Sebulan untuk merayakan satu sama lain Ty Randle, yang tumbuh dalam keluarga Kristen, merayakan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini bersama pasangan Muslim Indonesianya, Diaswati (Asti) Mardiasmo.
Mr Randle dan Dr Mardiasmo pertama kali bertemu pada tahun 2008, tetapi terhubung kembali dan mulai berkencan 10 tahun kemudian pada tahun 2019. Meskipun dia masih mengidentifikasi diri dengan agama Kristen, Randle terbuka untuk merayakan agama dan budaya lain.
“Saya merayakan Ramadhan bersama Asti dan [putrinya] Ariella karena itu adalah bagian dari keyakinannya dan saya terbuka untuk ide dan budaya baru serta keyakinan baru,” ujarnya.
Dr Mardiasmo, seorang ibu tunggal yang tinggal di Brisbane, mengatakan bahwa agama selalu menjadi bagian besar dalam hidupnya, jadi penting bagi Randle untuk merayakannya bersama putrinya, baik melalui Iftar (makan bersama untuk berbuka puasa) atau Idul Fitri. acara.
“Ini adalah salah satu bulan paling istimewa menjadi seorang Muslim, dan saya selalu senang merayakan Ramadhan dan Idul Fitri,” katanya.
“Saya suka Ty begitu terbuka untuk merayakannya dengan saya, saya merasa sangat beruntung dia siap dan mau menerimanya.” Sebagai imbalannya, dia menyambut merayakan imannya.
“Kami merayakan Paskah, Ramadhan dan Idul Fitri, dan Natal bersama-sama sebagai satu kesatuan, sehingga ada rasa ‘keadilan’ yang tidak membuat siapa pun merasa keyakinannya dinomorduakan,” kata Dr Mardiasmo.
“Kita adalah [semua] manusia yang saling berhubungan satu sama lain.”
Beberapa Muslim di Australia merayakan Ramadhan dengan orang-orang yang mereka sebut keluarga, meski tidak memiliki hubungan darah. Nurul adalah presiden Sydney Queer Muslim, sebuah organisasi komunitas nirlaba yang menyatukan anggota Muslim dari komunitas LGBTQ*. Setiap Ramadhan, organisasi menyelenggarakan acara seperti Iftar untuk anggotanya.